Gurun Namib dinamai sesuai dengan daerah yang tidak memiliki apa-apa, dalam bahasa Nàmá setempat. Dan sekilas wilayah ini sesuai dengan sebutannya, membentang sekitar 1.600 kilometer (990 mil) di sepanjang pantai barat Afrika yang melintasi tiga negara dengan lingkungan terkering, berpasir, dan paling tidak ramah di Bumi.
Namun pada kenyataannya gurun itu jauh dari kata kosong. Tidak hanya ada banyak kehidupan, beberapa di antaranya sangat khusus di wilayah itu sehingga tidak dapat ditemukan di luar Namib, tetapi ada juga keindahan, bahaya dan misteri.
Dunia yang berdiri sendiri
Gurun Namib adalah rumah bagi ribuan spesies hewan dan tumbuhan. Di sini di antara bukit pasir kalian dapat menemukan populasi gajah gurun yang sangat beradaptasi, burung lark pasir yang telah menemukan cara untuk hidup tanpa pernah minum air, kumbang Gurun Namib yang kemampuannya untuk memanen air dari udara tipis telah memikat para ilmuwan selama beberapa decade, dan Welwitschia mirabilis yang ikonik yang pernah dideskripsikan oleh Direktur Royal Botanical Gardens di Kew sebagai tanaman paling menakjubkan yang pernah ada dan yang paling jelek.
Apa yang membuat wilayah ini menjadi bioma yang unik? Namun meskipun Namib bukanlah satu-satunya gurun pasir dan gersang di dunia, yang menjadi keunggulannya adalah umur. Gurun ini merupakan salah satu gurun tertua di dunia, cara luar biasa yang dilakukan tanaman, hewan, dan bahkan populasi manusia untuk beradaptasi dan berevolusi agar dapat bertahan hidup di sini sungguh menakjubkan.
Berapa tepatnya usianya masih menjadi bahan perdebatan, tetapi kita tahu bahwa usianya setidaknya 55 juta tahun. Bukti paling awal yang tidak meragukan tentang umur gurun di Namib diberikan oleh bukit pasir yang luas dan dikenal sebagai Formasi Batupasir Tsondab. Untuk menjelaskannya, itu setidaknya delapan kali lebih tua dari Sahara.
Terlepas dari usia gurun yang sebenarnya, sudah pasti ini adalah waktu yang cukup bagi flora dan fauna setempat untuk beradaptasi dengan iklim di mana tanah yang stabil jarang dan curah hujan tahunan hanya 2 milimeter (0,08 inci). Kekeringan ekstrem di Gurun Namib sangat membatasi kelangsungan hidup sebagian besar vertebrata, terutama amfibi. Namun banyak reptil dan burung telah mengembangkan adaptasi yang berhasil terhadap kehidupan di gurun.
Burung terbesar di Bumi yaitu Burung Unta Afrika dulunya biasa ditemukan di pinggiran Namib, sementara dua burung bustard besar seperti Ruppell’s Korhaan dan Ludwig’s Korhaan masih dapat ditemukan di dataran berkerikil dan padang rumput antar pegunungan Iona. Spesies mamalia meliputi kawanan nomaden Springbok, Gemsbok, Plains dan Hartmann’s Zebra, dan karnivora yang menetap seperti Meerkat dan Aardwolf. Hyaena Cokelat dan Cheetah tersebar luas di pinggiran gurun.
Tempat supranatural
Jika cerita rakyat setempat dapat dipercaya, springbok dan hyena bukanlah satu-satunya hewan yang menjadikan Namib sebagai rumah mereka. Hamparan pasir yang membentang di atas bukit pasir berkarat dan dataran kerikil datar yang terletak lebih jauh ke pedalaman dihiasi dengan hamparan pasir melingkar dengan diameter mulai dari sekitar 1,5 meter (5 kaki) hingga 25 meter (82 kaki) dan seluruhnya dikelilingi oleh satu spesies rumput.
Hamparan pasir ini disebut lingkaran peri, dan meskipun sains belum dapat membuktikan secara meyakinkan bagaimana hamparan pasir ini terbentuk, masyarakat Himba setempat telah lama mengetahui jawabannya. Hamparan pasir tersebut adalah jejak kaki yang ditinggalkan di padang pasir oleh dewa Mukuru.
Bagi yang lain, lingkaran tersebut disebabkan oleh UFO atau peri yang menari di malam hari. Namun jika menyangkut penjelasan non-supranatural, tidak ada yang sepenuhnya yakin.
Salah satu hipotesis awal adalah bahwa rumput di bagian tengah diracuni oleh semak lokal yang dikenal sebagai Euphorbia damarana atau semak susu Damara. Menurut teori tersebut, tanaman itu akan mati sehingga tanah di tempat awalnya berdiri menjadi terlalu beracun untuk mendukung vegetasi. Lingkaran rumput di sekitarnya akan tetap ada, menandai batas tempat semak itu telah terpengaruh.
Pada tahun 2020, sebuah tim peneliti menindaklanjuti karya botanis yang sudah berusia puluhan tahun yang pertama kali mengusulkannya dengan menyelidiki area tempat ia melihat semak susu berdiri pada tahun 1970-an. Hasilnya jelas, berdasarkan pengamatan lapangan terperinci itu menolak hipotesis euphorbia.
Teori lain menemukan kemungkinan penjelasan untuk Lingkaran Peri, rayap menyingkirkan tumbuhan di gundukan mereka untuk meningkatkan kelembapan yang penting bagi kelangsungan hidup serangga di lingkungan kering, sehingga menciptakan cakram kosong. Tumbuhan di sekitar gundukan memanfaatkan akumulasi air ini untuk tumbuh, dan tumbuhan yang lebih tinggi ini membentuk lingkaran. Pengulangan pola secara teratur terjadi karena koloni rayap yang berbeda saling bersaing.
Bahkan teori ini pun memiliki penentangnya, kelompok-kelompok ahli ekologi yang bersaing menerbitkan bantahan terhadap gagasan bahwa rayap mungkin menjadi penyebabnya. Untuk saat ini, tampaknya ini adalah misteri yang menentang penyelidikan ilmiah.
Gerbang Neraka
Bukan hanya peri yang hadir di Gurun Namib. Di tempat lain di padang pasir, kalian dapat menemukan apa yang disebut Pantai Skeleton. Tempat ini dikenal oleh Suku Khoisan Bushmen yang tinggal di sana sebagai “tanah yang diciptakan Tuhan dalam kemarahan”, dan pemandangannya penuh dengan kematian.
Sebelum menyeberang ke wilayah garis pantai yang dilindungi seluas 6.300 mil persegi [16.300 kilometer persegi], kami diwajibkan memberikan nama dan informasi kami, kalau tidak kami tidak akan berhasil keluar sebelum malam tiba.
Gurun gersang ini yang berakhir di gelombang Atlantik yang ganas telah menyebabkan banyak pelaut, kapal, pesawat, dan hewan yang malang meninggal sebelum waktunya. Bangkai mereka, kapal berkarat, tulang-tulang yang memutih karena sinar matahari menjadi pengingat nyata akan kondisi taman yang tidak bersahabat. Ini adalah tempat yang tidak ramah di mana hampir tidak ada yang tumbuh dan di mana bahaya dari ombak liar hingga kabut pantai yang tebal merajalela.
Wilayah ini begitu menyeramkan sehingga penjelajah Portugis abad ke-15 Diogo Cão menjulukinya sebagai “Gerbang Neraka”. Hampir 1.000 bangkai kapal dapat ditemukan di sepanjang pantai, yang terancam oleh kabut tebal yang bergulung dari Atlantik dan mengaburkan pantai.